ShoutMix chat widget

Anda berminat buat Buku Tamu seperti ini?
Klik di [tutup]

Selasa, 09 Agustus 2011

Nasi Goreng Spesial


PRAAANG! Dari dalam kamar Tiara, tiba-tiba, terdengar bunyi benda pecah. Tiara yang sedang santai membaca majalah, tersentak kaget. Ia segera berlari dan memeriksa kamarnya. Tampak Bi Ani sedang sibuk membereskan kamar.
“Ada apa, Bi? Ada yang pecah?” selidik Tiara.
“ngng... Anu Non,” Bi Ani terlihat gugup.
Tiara segera melihat ke lantai. Ternyata vas bunga kesayangannya telah hancur berkeping-keping. Benda itu tadinya ada di atas meja belajarnya .
“Aduh, kenapa bisa jatuh, sih, Bi? Itu, kan, vas bunga kesayangan Tiara. Kalau kerja jangan sambil melamun, dong!” bentak Tiara kesal.
“Maaf, Non. Nanti Bibi ganti vas bunganya, ya,”  tutur Bi Ani lagi gemetaran.
“Aaaa, enggak usah!” Tiara ngambek. “Ada apa, sih, dengan Bibi ini? Kemarin membolongi seragam Tiara dengan setrika. Sekarang, bikin pecah vas bunga! Kalau sudah tak mau kerja di sini, ya, pulang kampung saja!” omel Tiara sambil berkacak pinggang.
Bi Ani tertegun. Kepalanya tertunduk tak berani menatap Tiara yang sedang marah.
“Ada apa ini ribut-ribut?” Mama datang menemui.
Tiara pun segera mengadu.
“Ya sudahlah, kamu tidak usah marah-marah begitu. Apalagi sampai kasar sama Bi Ani. Sekarang, Bi Ani tolong bereskan pecahan keramik itu, ya. Tapi hati-hati ya, Bi!” kata Mama dengan lembut.
Tiara cemberut. Mama selalu saja membela Bi Ani.
Esok paginya. Tak seperti biasanya mama sibuk menyiapkan sarapan.
“Mana nasi gorengnya, Ma?” tanya Tiara seperti biasa. Tiara memang sangat suka nasi goreng. Apalagi bila ditaburi bawang goreng, kerupuk, dan sedikit kecap kental.
“Hari ini tidak ada nasi goreng. Tapi ayam goreng dan sayur bayam,” jawab Mama.
Setelah sarapan Tiara segera berangkat sekolah.
Pulang dari sekolah, Tiara merasa haus. Enaknya, sih, makan es campur. Ia pun segera memanggil Bi Ani untuk membeli es di warung. Tetapi walau sudah dipanggil berkali-kali, Bi Ani tidak juga menyahut.
“Bi Ani lagi pulang kampung, Tiara,” Mama datang memberi tahu.
“Pulang kampung...” Tiara tertegun mendengarnya. Pantas saja tadi pagi tidak ada sarapan nasi goreng, batinnya.
Sehari..., Dua hari..., Tiga hari... tanpa kehadiran Bi Ani dirumah. Lama-lama Tiara merasa kelelahan, ia harus membantu Mama membereskan rumah, mencuci, menyetrika, memasak, dan banyak lagi pekerjaan rumah lainnya. Tangan Tiara sampai terasa pegal-pegal karena tak biasa.
Ahh, sekarang Tiara baru merasa kehilangan Bi Ani. Tiara juga baru benar-benar merasakan bagaimana lelahnya melakukan tugas-tugas Bi Ani selama ini. Bi Ani yang sudah agak tua itu selalu rajin, sabar, dan tersenyum dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi Tiara seolah tak pernah menghargainya. Sering kali ia berkata kasar padanya.
Memang, kadang Bi Ani melakukan kesalahan juga. Akan tetapi, bila dibanding dengan jasanya kesalahan kecil itu tak ada artinya. Tiba-tiba ada rasa penyesalan dalam hati Tiara. Ia merasa bersalah pada Bi Ani.
“Ma, Bi Ani kok, lama pulang kampungnya?” kata Tiara seraya duduk di sebelah Mamanya.
Mama tidak menyahut. Kedua matanya sedang asyik membaca majalah.
“Apa gara-gara ucapan Tiara waktu itu, ya? Tapi sungguh, Tiara tak bermaksud mengusirnya untuk pulang kampung...” Tiara seakan menyesal.
Mama menurunkan sedikit kacamatanya sambil melirik ke arah Tiara.
“Makanya kamu jangan selalu marah-marah pada Bi Ani!” tuturnya.
“Iya. Tiara ngaku salah, Ma,” sahut Tiara dengan tertunduk.
Mama tersenyum.
“Bi Ani pulang kampung karena anaknya sakit,” terang Mama kemudian.
“Terus kapan kesisni lagi?” tanya Tiara.
“Ya, mudah-mudahan secepatnya.”
Esoknya. Pagi-pagi sekali, Tiara sudah mencium aroma yang menusuk hidungnya. Aroma harum nasi goreng yang khas. Tiara tahu, siapa kokinya! Pasti Bi Ani! Tiara berlari ke arah dapur. Ternyata benar dugaannya. Bi Ani sudah mulai bekerja lagi.
“Bi Ani! Kapan datang? Bagaimana keadaan di kampung? Terus mana oleh-olehnya?” Tiara menyambut dengan gembira.
“Aduh, satu-satu, dong, Non, nanyanya!” Bi Ani tersenyum.
“Bi, maafkan Tiara ya. Selama ini Tiara suka kasar sama Bibi! Bibi mau, kan, memaafkan Tiara?” kata Tiara kemudian.
“Non Tiara... Sudahlah! Mending sekarang Non Tiara sarapan. Nih, Bibi buatkan nasi goreng spesial!” ujar Bi Ani yang memang berhati besar.
“Spesial, Bi? Emmm, yummy!” air liur Tiara hampir menetes.
Tiara segera menyantap nasi goreng buatan Bi Ani sampai habis.
“Ini benar-benar nasi goreng spesial yang super lezat. Terima kasih, Bi. Bi Ani memang hebat!” Tiara mengacungkan jempolnya. Bi Ani pun tergelak lucu. Kehangatan kembali terasa di rumah Tiara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar